loading...
loading...
loading...
tonton dulu sik, plis
Di hadapan gue saat itu adalah track terjal vertikal menembus batas kemampuan raga dan mental gue yang kian melemah. Jauh dari kata aman, mungkin sekitar 300 meter di bawah gue adalah Pasar Bubrah penuh dengan batu. Kalau gue terhempas dan terguling-guling dari atas layaknya tokoh ian di film 5cm pas ketimpa batu bulet gede banget seukuran kamekameha, bisa dipastikan minimal gue akan nanya siapa gue? apakah gue ganteng? apakah gue seorang bujangan kaya raya? apakah mantan gue udah putus sama pacar barunya? begitulah. Nasib paling apesnya, gue langsung disuruh masuk surga sama Tuhan. Etapi kalau ngeliat amalan di dunia sih, keknya gue disuruh icip-icip neraka dulu bentar. HIH.
***
Dalam kondisi ngantuk sengantuk-ngantuknya, gue, beserta belasan peserta dari Jelajah Gunung yang diketuai sama Fajar beserta tiga tangan kanannya, Aprie dkk, membawa kami bangun dari mimpi sejenak di tengah hutan gunung Merapi yang dinginnya menembus melewati bulu dada hingga ke ulu hati mengejar golden sunrise di Puncak Merapi. Kata-kata pertama dari Bang Fajar sebagai leader adalah:
"Nanti, di Pasar Bubrah, keegoisan lo bakal diuji."
Gue, sebagai sosok paling parnoan dan drama bingit, udah deg-degan dan kepikiran macem-macem. Jangan-jangan, gosip yang beredar tentang Pasar Setan di Pasar Bubrah itu nyata. Jangan-jangan nanti kami semua pada diliatin yang 'gak-gak' trus pada kabur masing-masing. Jangan-jangan gebetan gue muncul tiba-tiba dari balik batu terus nyanyi sambil joget india. Jangan-jangan temen-temen sependakian gue itu bukan manusia. Jangan-jangan gue adalah pangeran tampan dari negara seberang. Tapi gak mungkin sih, gue gantengnya udah mentok.
Tanjakan demi tanjakan gue lewati sembari merem melek nahan ngantuk dan bete. Karena, setelah dibilang bahwa keegoisan kami bakal diuji di Pasar Bubrah, Fajar justru ninggalin. Kan ngeselin, minta digebuk. Depan gue cuma ada Harry, jomblowan-tukang-modus dari Sunter, yang nantinya bakal gue juluki dajjal merapi karena bukannya nolongin gue pas mau ngegelinding di video tadi, malah ngrekam sambil sok-sokan kasih motivasi ala Mario Tegar, dan juga Tomi, pria baik hati cap ubuntu dari Pemalang. Tanpa gue sadari, mereka ternyata ngambil punggungan gunung yang salah menuju Puncak Merapi. Dan, pinternya, gue ngikutin mereka. Dan, seiring dengan fajar menyingsing, terjadilah adegan video di atas....
***
Pendakian Merapi kali ini, gue dipertemukan dengan banyak banyak orang dengan berbagai kepribadian yang kayaknya gue gak bakal bisa lupain tingkah polahnya. Ada Ikus, si tante-pecinta-brondong yang suka godain cowo mana aja. Lalu ada Arief, satu-satunya pria bercelana legging tengah malam pas manjat, gue gak paham lagi sih selera fashionnya doi. Ada juga Foead dan Novi, temen sepermainan tante Ikus yang selalu ngintilin doi kemana aja pergi, antara setia kawan sama ngeri dijorokin ke jurang itu beda tipis, sih.
Ada Harry dan Tomy yang udah gue sebutin tadi, kenyataannya, mereka ternyata udah saling kenal dari trip sebelumya. Mereka mirip, mungkin jodoh. Satu-satunya pria oversize di rombongan kami adalah Sawung Galih, namanya mengingatkan gue akan restoran Sunda. Duh jadi laper. Pendakian ini adalah pendakian keduanya, karena yang pertama doi gak sampe puncak gara-gara ada serombongan orang turun dari puncak, nyuruh semua orang turun karena Merapi mulai batuk-batuk. Sadar nyawa adalah yang utama, Galih memutuskan untuk turun gunung. Pantas ditiru dan dicontoh. *kasih award*
Ada dua hijabers, Ayuti, boleh dipanggi 'ay' aja, jangan dipanggil ayang tapi, ntar jlbabnya terbang. Juga Aini, doi oke-oke aja pas gue panggil Ainun, mungkin merasa mirip mendiang istrinya Habibie. Ada juga salah satu cewe yang udah digosipin dari pertama kami di kereta menuju Semarang, doi bawa tas daypack yang kecil banget, namanya Nurul. Pas liat orangnya langsung... kesimpulan gue, doi sepertinja perlu minum omega 3 dan minyak ikan kod. Ada juga Bung Bakti (cewe), yang tiba-tiba gue temukan duduk di kursi bis sebelah gue, eh apa guenya yang gak nyadar ya?
Kemudian ada Bang Alip, yang hobi bikin meme, kayak meme di atas, juga hobi foto candid, juga menolak salaman sama Ikus, ciyan deh Ikus, mungkin kamu musti mandi dulu. Lalu ada Agus, gue gak bisa ceritain dia lebih lanjut, selain jenggot panjang dan sering dielusnya, gue gak ngerti apa-apa lagi tentang doi. Ada juga Rezky, anak paling kecil diantara kami, diem-diem ternyata jago motret.
Satu orang yang paling gue gak bisa lupa bernama Rizky, dari sekian banyak lelaki yang mendaki gunung yang pernah gue temuin, mungkin cuma dia yang bawa peta rasi bintang. Sebelum pendakian dimulai, di basecamp New Selo, doi asyik membuka peta rasi bintangnya, dan mencoba mencocokkan bintang malam itu. Mungkin, di lubuk hatinya yang terdalam, dia ingin duduk hanya beratapkan langit dan modusin gebetannya dengan pengetahuan akan bintang yang outstanding dan berharap gebetannya akan tersenyum manja padanya. Sayangnya, si Rizky ini ngeliat rasi bintang di atap wc umum bersama lelaki bernama Wiro yang sedang curhat tentang mantan kekasih yang sedang mendaki Merbabu malam itu, bersama kekasih barunya. Mungkin, suatu hari hubungan Rizky dan Wiro akan berkembang menjadi cinta abadi. Disaksikan Merbabu dan rasi bintang orion.
Sisanya, ada Fajar, dan 3 rekannya yang membantunya ngurusin kami, Aprie dan teman-teman yang gue udah lupa namanya. Oiya, hampir lupa sama Mas Boma, salah satu rombongan yang baru ketemu waktu kami lagi siap-siap buat summit attack.
***
Jalur pendakian Merapi dari basecamp New Selo dimulai dari track ladang penduduk, dimana, setiap kali gue ngeliat ada wortel/kol/sawi/kentang dan lainnya hasrat pengen nyolongin buat dimasak di atas itu gede banget. Untung selama ini gue bisa nahan diri.
Setelah ladang penuh dengan sayuran dan cabe-cabean segar, track selanjutnya adalah hutan tanpa ampun yang terus-terusan nanjak. Dimulai dari pos 1, pos dua, sampai ke pos 3 nanti. No bonus at all. Di pos satu gue kehilangan botol minum berbentuk plastik sunlight gue, kalau ada yang nemuin, plis, balikin ke gue. Soalnya itu botol minum gratisan, sangat berarti!
Pos satu menuju pos dua track terjal hutan-hutan lucu tapi gak selebat hutan tropis yang biasa ada di gunung-gunung Jawa Barat. Setelah pos dua, adalah track nanjak vertikal berbatu yang batunya segede-gede beban hidup. Beruntung, kami nanjak malam hari, jadi gak sedih-sedih amat karena jalur pendakiannya gak keliatan. Good news, jalur ini cuma memakan waktu selemot-lemotnya jalan adalah 5-6 jam. That's why banyak bingit orang yang memilih tek-tokan, alias abis nanjak langsung turun. Kalau gue sih, ogah. Capek cyin.
Plis, fokus pada jalurnya |
***
Perjalanan menuju Puncak Merapi sebenernya gak jauh beda kayak pencarian jati diri, juga pencarian cinta sejati. Terjal, vertikal, berbatu, berpasir, dan dingin sekaligus terik. Intinya susah dan berat. Rempong amat helah. Jalur normal yang diambil biasanya dari Pasar Bubrah, ikutin jalur lurus terus dan berkelok-kelok sampai ketemu tanjakan pasir halus yang mudah di daki. Itu jalur resminya.
Tapi, karna ditinggal Fajar, otomatis kami jadi nyari jalur sendiri. Buat gue yang anaknya adventurous bingit, lewat punggungan gunung yang salah sekaligus deadly sebenernya asyik sekali! Bikin adrenalin terpacu. Tapi mengingat gue hampir mati nggelinding, kalo dipikir-pikir, hal itu menyeramkan. Meskipun, hasil rekaman video si dajjal merapi lucu parah. Soalnya gue masih idup, kalau gue mati beneran.... gue akan bangkit lagi dan ngejar-ngejar si Harry!!! GUE MASIH JOMBLO, NYET!!!
Moral of the story:
Ikutin jalur resmi plis kalau nanjak puncak Merapi. Kalau merasa jalur itu salah, segera temukan jalur yang benar.
***
Untuk salah satu anggota rombongan yang ketinggalan kereta saat itu, Bang Arik, we are so sorry, sayangnya, ini bukan film 5cm dimana kita bisa nungguin abang, lalu teteriakan dan narik bang Arik masuk kereta. Gimana dong, bang Arik masih di Jatinegara, keretanya dah keburu berangkat. Lain kali bangun lebih pagi ya? Atau nginep di stasiun sekalian.
Untuk Gunung Merapi yang berkelakuan sangat manis saat kami manjat, thank you sudah berbaik hati merelakan anak-anak sialan (termasuk gue) menjengukmu. Meskipun abis itu kamu batuk-batuk lagi. Untung kami udah di kereta. Muehehehehee.
In my humble opinion, Merapi adalah gunung yang kece parah. Kebetulan pas gue sambangi, malam-malam di Merapi lagi cerah-cerahnya. Bulan lagi terang-terangnya, bintang lagi banyak-banyaknya, bahkan pas subuh-subuh menuju pagi di Pasar Bubrah, bulan keliatan pucat dramatis di langit yang udah mulai membiru. That was so great!
MERAPI KEREEEN!!!
Untuk hujan yang sangat deras menyerang di kala kami pulang turun gunung, thanks udah bikin abang Tomy kepleset gegulingan. Seenggaknya, ada yang nemenin gue dan Fajar nyusruk, jadi gak malu-malu amat. Thank juga buat abang temennya mas Fajar yang minjemin gue jas ujan, tapi dirimu jadinya keujanan, kamu keren bang, kamu baik banget, aku padamu lah, sayangnya aku lupa siapa namamu. Bhay.
So, let's meet again someday, Merapi!!
Mau bareng?
Take nothing but pictures.
Leave nothing but footprints.
Kill nothing but time.
Happy mountaineering!
loading...
0 Komentar Merapi (2913 mdpl): Dangerously Beautifull
Post a Comment
Kamu Familia dari mana ?