loading...
loading...
loading...
Hai Acen, kapan Acen terakhir kali ke pelabuhan Tanjung Priok?
Kira-kira satu kalimat itulah yang menggambarkan awal mula keikutsertaan gua dalam city-tour #SeeingIsBelieving ke Tanjung Priok.
Apa respon pertama gua dari ajakan tersebut?
Tentu aja gua langsung sebar-sebarin ke temen-temen gua:
"Eh, eh, gua dapat undangan jalan-jalan lho! Ada yang bisa tebak? Clue-nya Tanjung."
Kemudian beragam jawaban bermunculan mulai dari Tanjung Puting, Tanjung Putus, Tanjung Lesung, sampe ke spot wisata paling populer sejagat Jaksel dan sekitarnya: Tanjung Barat, ikutan disebut.
Tapi begitu gua jawab:
"Salah semua. Gua dapet undangannya ke TANJUNG PRIOK."
Reaksi mereka?
Ketawa ngakak. Dan pastinya dong, sebagai jawara nyinyir se-ibukota, gua ikut ketawa ngakak bersama mereka. Tapi toh, akhirnya gua iyain juga ajakan jalan-jalan ke Tanjung Prioknya. Terutama setelah ditampar dengan kalimat:
Sebagai seorang travel blogger, kapan Acen terakhir kali ke pelabuhan Tanjung Priok?
Yang jawabannya, dengan bangga, gua menjawab pada diri sendiri: BELUM PERNAH. Kayaknya.
***
Pertama-tama, let's be honest, begitu denger soal Tanjung Priok. Baru namanya aja, udah kebayang kontainer dimana-mana. Kapal segeda-geda apaan tau. Panas. Lengket. Macet. Kawanan Optimus Prime. Nyawa gua dalam bahaya.
Tapi pas sampe sana....
.....seriously, i was like.... Kok bersih? Kok kontainernya instagramable? Kok? Kok?
Rasanya pengen berlarian ke sana kemari gak pake baju saking bedanya. Juga saking panasnya. Kalau panas sih kayaknya gak emang seluruh dunia lagi panas-panasnya tanpa terkecuali.
Kenapa bisa beda banget?
Semua gara-gara IPC. Salahin IPC, jangan Jokowi.
Iya, IPC lah yang berada di belakang perubahan besar-besaran dari wajah Tanjung Priok. Apa itu IPC? IPC adalah IPC, tanpa embel-embel. Tanpa kepanjangan. Karena emang bukan singkatan. Mungkin buat orang awam soal pelabuhan kayak gua, IPC ini dulunya adalah PT. Pelabuhan Indonesia II. Kalau masih belum paham juga, ibarat kata bandara, IPC ini Angkasa Pura deh.
Pertama sampai di Tanjung Priok, kami, para undangan #SeeingIsBelieving tour dari IPC langsung diajak masuk kantornya yang....
...Wow. Fantastic. Modern. Wonderful. Awesome. Dan yang paling penting, Adhem.
Terus dijelasin macem-macemm soal perubahan PT. Pelabuhan Indonesia II jadi IPC. Terus IPC ternyata gak cuma ngurusin pelabuhan Tanjung Priok tapi juga ngurusin pelabuhan di 10 propinsi. Melakukan keajaiban ini itu. Ya intinya, sebagai generasi milenial yang serba instan, gua sih cuma manggut-manggut dan wawow-wawow aja sama penjelasan IPC yang super detail sehingga akibatnya gua malah lupa apa aja.
Yang diinget cuma....
Dulu, ada truk bisa sembarangan masuk Pelabuhan. Ada angkot bisa bolak-balik seenak jidat masuk pelabuhan. Juaranya sih tetep, dulu, di dalem kontainer-kontainer yang teronggok di pelabuhan, ternyata dipake jualan pecel sama-sama ibu lokal.
....gua langsung takjub. Kemampuan jualan orang Indonesia itu unbelievable, yes?
Bisa-bisanya jualan di dalem kontainer. Etapi mengingat hampir setiap ada keramaian dipastikan emang ada yang jualan sih, contoh, hajatan pernikahan mantan (kamu), pasti di samping kanan kiri tenda ada aja yang jualan balon lah, gorengan lah, mainan anak lah. Di konser. Sampe-sampe ada rame-rame kecelakaan juga ada aja yang jualan.
Gunung-gunung sekarang juga gak kalah jadi objekan jualan para pedagang strong asli Indonesia.
Khan maen.
***
Yang bikin semangat dari #SeeingIsBelieving tour ini sebenernya adalah menjadi saksi nyata dari sebuah perubahan besar-besaran yang menakjubkan. Bukan cuma diputerin dari ujung ke ujung pelabuhan, foto-foto, dijelasin soal tadinya corner ini ada apa sekarang gimana, bahkan kami dikasi tau kalo trend orang naik kapal sekarang menurun.
Terbukti dari adanya pelabuhan penumpang di Tanjung Priok (yang mana gua juga syok karena bisa-bisanya ada pelabuhan penumpang dimari, gua kira cuma buat kawanan transformers doang), yang katanya makin tahun makin sepi penumpang. Tapi, karena IPC anaknya all-out banget, meskipun sepi, tetep aja dibenerin. Jadinya, ikutan keren kayak di bandara.
Sudah selesai?
Belum.
Pelabuhan itu deket laut. Percuma kalau gak sekalian ngiterin lautnya. So, diajaklah kami muterin pelabuhan lewat jalur laut. Muter-muter naik kapal gemes yang ternyata bisa muat buat puluhan orang. Eh, belasan ding paling. Wkwk.
Dari kapal, gua bisa ngeliat betapa megahnya pelabuhan Tanjung Priok kini. Ya meskipun gua gak tau dulunya kayak apaan. Yang paling menarik perhatiann sih, selain tumpukan kontainer yang pengen banget gua jadiin background buat foto-foto (sayangnya gak sempet), adalah mobil-mobil tanpa plat yang berjejer indah.
...ingin rasanya tiba-tiba dapet surprise dari IPC, terus mereka bilang: yak! Kalian yang di sini, silahkan pilih mobil favorit kalian, dan bawa pulang satu-satu. GRATIS!
...terus gua nangis-nangis haru sambil pose cobra-yoga-position kayak menang Miss Universe. Trus gua diceburin ke laut biar sadar kalau gua lagi ngimpi.
Gak ada yang lebih mengejutkan lagi dari sebuah statement seorang mas-mas yang ngasi tau gua kalau benda yang disinyalir sebagai bagian dari pelabuhan di foto yang ada di atas ini, berdiri kokoh di atas laut.
Iya, ini katanya pelabuhan terapung.
Yang luasnya ratusan meter. Yang saking kokohnya bisa menampung sekian ratus mobil yang gua idam-idamkan tadi. Ditambah kontainer. Ditambah truk. Ditambah apalah-apalah lagi. Banyak pokoknya, sist. Kalau diitungin satu-satu bakalan makin lama jadi jomblo.
Sebagai anak gunung, ketika gua diajak buat melihat cakrawala pelabuhan Tanjung Priok secara luas dari atap gedung PTP (dimana di dalamnya terdapat planning and control division: tempat para punggawa IPC bahkan bisa ngeliat pelabuhan di 10 propinsi yang dihandlenya dapat dilihat secara real-time), gua langsung girang.
Biar ala-ala rooftopers-nya anak-anak instagram, yang gua cari pertama kali adalah tempat pijakan buat petakilan. Melihat dari ketinggian itu candu. Meskipun kecampur rasa kebelet pipis yang fana dan singkat.
Gua jujur aja,
Gua anaknya emang suka gak fokus. Kurang merhatiin sesuatu secara ditail banget-banget. Yang gua masih inget sih ya, apa yang menjadi slogannya IPC: Energizing Trade. Energizing Indonesia, ini, sudah dibuktikan dari kerennya perubahan Tanjung Priok sekarang ini. Dan pelabuhan-pelabuhan lain yang sedang di-internasional-kan oleh IPC.
Simpelnya, IPC udah sukses membuat gua, yang mewakili kebanyakan orang awam lainnya, yang mikir main ke Tanjung Priok itu bakal membahayakan nyawa dan bisa berantem sama begal dan lainnya, bisa berpikir sebaliknya.
Bahwa kini, Tanjung Priok itu awesome!
Dan Instagramable.
Bhay.
Disclaimer:
This is a sponsored post. Jalan Pendaki nerima-nerima aja buat ngiklan selama masih ada hubungannya, atau dihubung-hubungkan dengan jalan-jalan, outdoors, dan tourism. Iklan galau dikit juga gapapa sih asal bukan iklan pembesar anu. For advertising inquiries, please send me an email at info@jalanpendaki.com
loading...
0 Komentar Anak Gunung Main Ke Pelabuhan Tanjung Priok
Post a Comment
Kamu Familia dari mana ?