loading...
loading...
loading...
Dua tahun lalu.
Sebelum Penunggu Puncak Ancala ngehits di pasaran dengen genre-nya, gua udah punya cita-cita menguasai dunia.
Eh, salah fokus.
Gua bercita-cita buat punya satu buku yang gua tulis sendirian berdasarkan semua pengalaman drama dalam kehidupan gua. Tentu aja, bukan drama sinetron ala-ala Tukang Bubur Naik Haji, tapi drama naik gunung.
You know lah, meskipun segala jenis drama yang gua jalanin pas naik gunung gua tumpahkan di #JalanPendaki ini, masih ada beberapa cerita yang sengaja gua sembunyikan dari khalayak. Di sisi lain, gua pengen banget punya satu karya yang bisa dibaca banyak orang, seenggaknya bisa menghibur lah.
Kenapa menghibur?
Meskipun gak lucu-lucu banget, tapi gua tau kapasitas gua belum sampai kayak ustad Felix Siawl yang menginspirasi banyak orang buat mutusin pacarnya. Atau kayak Bong Chandra yang bisa menginspirasi orang lain buat berwirausaha. Atau kayak para MLM fighters yang mulutnya manis banget di awal tapi endingnya disuruh cari 'kaki' juga. Kalau pun dapet banyak belum tentu langsung jadi miliarder. Leadernya yang kaya, kita yang mati. Duh, kok curhat.
Tapi ternyata sekali lagi, asa tak seindah realita yes?
Meskipun kepengen banget berkarya dan melihat buku gua mejeng di toko buku ternama, ternyata nulis buku itu gak semudah membalikkan telapak tangan.
Begitu gua sign in kontrak buat menulis, dikasi deadline ini itu, dari dua tahun lalu, ada aja halangannya. Yang gak mood lah, yang begitu nulis langsung merasa tulisan gua belum pantes diterbitin lah, yang baca buku referensi malah jadi makin minder nyalinya, yang sibuk kerja, sibuk naik gunung, sibuk traveling.
Akhirnya, semua cuma pupus jadi mimpi belaka.
Sampai pada satu titik gua merasa gua susah tidur saking mikirin kenapa itu buku gak kelar-kelar. Padahal cuma tinggal dikerjain aja kok ya gak kelar-kelar. Gua merasa amat dihantui oleh buku sialan yang gua inginkan.
Akhir tahun 2015 kemarin gua memutuskan menarik diri dari peredaran.
Simpel, karena gua pengen banget menyelesaikan ini buku ambisius yang gua idam-idamkan tanpa terdistraksi oleh media sosial atau gosip terkini. Dan you know what, akhirnya kelar juga draft naskah buku gua dalam beberapa bulan terakhir di tahun 2015.
Dan dengan senang hati, pada awal 2016 ini gua menghubungi editor gua lagi setelah sekian lama gua takut menghubunginya karena gua PHP melulu gak kelar-kelar. Tapi, karma memang berlaku adanya. Ternyata menghubungi editor gua juga tidak semudah membalikkan telapak tangan. Semua nomernya tau-tau ganti. Gak bisa dihubungi.
I was like... OMG TUHAN MAAPKAN AKUUUUUU~
Setelah minta maap, gua baru ingat, di line-nya @JalanPendaki sempat ada nama editor gua nge-add gua as a friend. Gua coba-coba menyapanya.
"Els...."
Tapi gak dibaca-baca. Gua nyerah.
Beberapa menit kemudian dibaca. Doang. Tapi gak dibales.
Saat itu gua merasa bagaikan Rangga yang menghilang sekian tahun dan tiba-tiba ngechat Cinta. Gua jadi tau pedih yang dirasakan Rangga.
"Yo, Cen!"
AKHIRNYA DIBALESSSSSSSS!
"Gua tadinya udah ikhlas, Cen...."
Kata Ry Azzura, editor gua.
Menusuk tapi ada benernya juga kata-katanya dia. Selama dua tahun menunggu tanpa kabar, gak salah dong dia punya pikiran gua udah nyerah. Meskipun akhirnya kelar juga.
"Jadi, kira-kira kapan bisa selesai..."
"Kemungkinan April lah, siap-siap..."
Yha, gua udah siap menimang anak pertama gua. Bulan April 2016.
Coming soon, my very first book!
Siapa excited jugak????
Ps:
Nabung dari sekarang ya kakak-kakak semua! :3
Kya kya,
Acen.
loading...
0 Komentar Perjalanan Panjang Buku #JalanPendaki
Post a Comment
Kamu Familia dari mana ?