loading...
loading...
loading...
Okay.
Gua akan membuka cerita kali ini dengan polling kecil-kecilan. Siapa, diantara kamu, yang lagi membaca blog ini, belum pernah ngerasain sakit hati karena cinta?
Oke sip. Ada sejuta lima ratus tujuh puluh tiga orang yang bilang pernah. Sisanya pasti denial. Gua yakin itu. Semua orang pernah sakit hati karena cinta. Pernah patah hati. Entah itu ditolak pas nyatain cinta, pedekate sampe kiamat tapi gak diwaro juga, dianggap temen selamanya, dianggap abang/adek ketemu gede, diselingkuhin, atau bahkan diputusin cuma gara-gara:
"Jadi, kamu pilih aku apa gunung?"
Lalu kamu jawab,
"Ya gunung lah...."
Lalu hubungan kalian berakhir begitu sadja.
Ah, tapi gak ada yang lebih sakit ketimbang saat dimana hubungan cinta kalian kayaknya lagi baik-baiknya, lagi anget-angetnya, eh diam-diam pasangan kalian lagi menjalin cinta dengan yang lain dan mendadak bilang:
"Kita putus ya? Aku udah gak ada rasa....."
Persis kayak cerita Bisma di Ganteng Ganteng Pendaki Galau Season 3. Pedih dan menyedihkan.
Tapi yah begitulah cinta, lagi-lagi gua mau bawa-bawa Ti Pat Kai, siluman babi yang kena karma penderitaan cinta. Katanya:
Begitulah cinta, deritanya tiada akhir.
Paling menderita sih, when you choose to be alone aja selamanya, tiba-tiba campur tangan Tuhan yang entah gimana ceritanya, bisa memunculkan seseorang yang kayaknya tipe 'gua' banget. Begitu juga di hatinya, kayaknya kita itu tipe 'dia' banget. And it just, click, ketemuan, deal. Kayak slogannya salah satu toko online terbesar di Indonesia.
Kemudian, masa-masa cengek-remeh-receh tapi sweet banget kayak coklat direndem gula pasir sekilo datang. Masa-masa indah yang tiada duanya. Lalu tahapan berantem kecil lucu-lucuan. Lalu baikan lagi. Lalu berantem lagi. Lalu baikan lagi. Lalu kalian berdua sama-sama jenuh. Tapi satu diantara kalian tetap di jalan yang benar, berusaha mempertahankan masa-masa indah bersama hingga (kalau bisa) selamanya. Eh, satunya lagi, entah gimana caranya, justru kabur, memilih meningkatkan egonya hingga selingkuh dengan orang baru, yang dianggap lebih 'perfect' dari kamu.
Hingga akhirnya, ya, kalian putus. Dia milih bahagia dengan selingkuhannya. Lalu dia membuang kamu bak bangkai beracun. Bak upil di bawah meja yang menjijikan. Bak kerak tai di wc kantor yang bikin sebel tiap kali lagi ambil air wudu eh ketengok gak sengaja.
Lalu, kamu, akan berjuang sendirian, menghadapi tahapan-tahapan orang baru putus cinta mau move on dan benci sampe ubun-ubun tapi gak bisa karena keingetan mulu sama semua dosa dan kejahatan mantan sekaligus kenangan indah bersamanya. Tahapan itu adalah:
1. Sedih dan Marah
Kecuali kamu adalah Gatot Brajamusti pas lagi jadi Azrax yang bisa ngangkat lampu taman buat mukulin musuh-musuhnya tanpa lampunya mati, mungkin kamu akan jauh-jauh dari perasaan sedih. Karena kamu cuma akan diliputi rasa marah. Akan segala kebohongannya. Akan segala kata-kata manisnya yang berubah dusta. Hingga merebak rasa marah.
Marah yang berlebihan. Rasanya sampe kamu bisa mencekik leher mantan kalo papasan di jalan, bisa gebukin dia sampe bernanah, atau bahkan nyamperin selingkuhannya dan ngelabrak dia sambil nyiram kuah bakso Afung yang panas dan segar. Duh, enak ya bakso afung.
Tapi karena kamu orang baik yang lagi teraniaya. Kamu cuma bisa bayangin semua skenario drama itu di otak. Paling banter kamu mukul-mukul manja tembok di kamar. Mau mukul beneran kok ya sakit. Kadang timbul perasaan saking marahnya, kamu mau bunuh orang. Tapi lagi-lagi kamu ingat, kalo kamu gak kuat liat darah. Nonton film thriller aja, nutup mata dari awal sampe akhir. Njuk apa yang ditonton, cah?
Lalu kamu malah mengurung diri di kamar. Sedih gak ada obat. Mau makan perut bawaannya penuh mulu, mau mandi takut dingin, tiap tidur kebangun tengah malem keingetan dia, mau boker gak ada yang dikeluarin. Serba salah. Lalu kamu solat. Bukannya tenang malah ingat kalau kamu masih punya banyak utang, ingat motor belum diservis, ingat kemaren makan di warteg udah bayar apa belum. Kelar solat yang ada makin sedih.
Kamu bisa lagi ngadep laptop ngerjain laporan kuliah/kerja tiba-tiba meleleh air mata tanpa sadar. Ingat yang indah-indah bareng dia. Ingat janji-janji manisnya. Ingat kadang pas lagi ngadep laptop kayak gini dia meluk kamu dari belakang. Memori emang tai. Lalu akhirnya, laporan kelar kagak, yang ada malah nangis gegerungan sampe serak di bawah sarung. Karena iya, buat anak kosan, selimut yang fancy buat jadi cover nangis-nangisan kayak di film-film harganya mahal.
Kesedihan diselimuti kemarahan ini, akan berlangsung sebentar. Atau lama. Secapenya kamu aja. Tiap orang beda-beda.
2. Ngarep Kali Kedua
Raisa emang jagonya bikin dan nyanyiin lagu galau.
Saat kemarahan dan kesedihan sudah agak mereda, kamu coba-coba dengerin lagu Kali Kedua-nya Raisa. Lalu otak kamu sok ide. Membayangkan skenario dari a sampai z bahwa mantan kamu akan merengek minta balikan. Bahwa selingkuhan mantan kamu psycho lah, bibirnya sumbing lah, tititnya terbelah dua, atau ternyata di cuma mau mainin mantan kamu.
Lalu kamu mulai baik-baik sama mantan lagi. Mengingatkan dia soal masa-masa indah yang telah dilewati bersama. Menguak lagi perjuangan-perjuangan kamu dan dia pada masa saling caper buat ngedapetin hati masing-masing. Intense lagi sama dia. Pokoknya kamu meyakini, bahwa mantan kamu cuma salah jalan. Bahwa pilihannya saat ini bukan pilihan yang tepat. Dan kamu siap nunggu dia balik lagi ke kamu sampai kiamat.
Tapi dia bergeming tuh. Dia sudah pergi total dari kamu. Perasaan yang ada buat kamu cuma rasa kasihan. Perjuangan kamu dulu? Janji-janji manisnya? Masa-masa indah? Buat dia itu udah gak ada harganya. Gak ada maknanya. Kayak tai kucing di bawah pasir yang gak sengaja keinjek. Dia cuma akan bilang:
"Iyuwwwhhhh..."
3. Depresi
Kamu menyadari bahwa perjuangan buat merebut perhatiannya lagi udah sirna. Punah. Pupus. Dia udah lagi asik-asikan sama 'mainan baru' yang lebih seksi, lebih bohay, lebih dewasa, lebih kaya, lebih pintar, atau lebih segalanya dari kamu.
Apalagi, andalan kamu cuma lebih ngertiin dia. Siap berjuang buat dia. Pengen bikin dia bahagia. Dengan apapun yang kamu mampu. Sudahlah, apapun yang kamu lakukan gak akan ada artinya lagi buat dia. Kamu bagai debu hitam di ujung kuku yang lentik. Bisa dibersihin atau dipotong kapanpun.
Lalu kamu berjuang sendirian lagi melawan semua kesedihan dan amarah yang sempat pudar. Kamu merasakan lagi perasaan-perasaan rendah diri, gak berguna, menyalahkan diri sendiri, gak bisa tidur, gak bisa makan, tiba-tiba apes mulu, hingga kemungkinan-kemungkinan melenyapkan diri sendiri datang. Dramanya, kamu gak sanggup lagi hidup di dunia ini.
Kamu sendirian. Kamu gak punya teman. Kamu sama sekali gak berharga.
Tiap liat silet bawaannya pengen gores-gores nadi. Tapi ya itu tadi, kan sakit, jadi kamu mikir dua kali. Tiap mau nyebrang kamu pengen aja gitu sengaja nabrakin diri ke mobil atau motor. Lalu kamu ingat pernah gak sengaja keserempet motor dan iPhone kamu hampir kelindes taksi. Lalu kamu mikir, aduh, iPhone gua harganya mahal.
Akhirnya, kamu memutuskan untuk pergi ke dokter spesialis kejiwaan aja. Diberi obat penenang. Diberi nasehat. Diberi ceramah. Hingga akhirnya kamu tenang sendiri. Meski beban perasaan yang sangat berat lagi ditanggung, kamu memutuskan untuk menyudahi semuanya.
Lagian, bayar dokter spesialis kejiwaan mahal banget gila!
4. Beneran Ikhlas
Perlahan kamu mulai mengganti namanya di kontak hape. Dari si sayang, si manja, cubet, cH4yyUnq, Bebs, Milikku, Istriqu, Papa, Mama, jadi nama aslinya. Atau jadi nama-nama yang melambangkan kejahatan. Kayak Anak Setan, 666, Mantan Asu, Babik, hingga Sampah.
Kamu tidak akan melupakan perjuanganmu. Manis janjinya. Maupun semua hal yang pernah kalian lewatin bersama. Tapi semua itu kamu simpan dalam hati kamu saja. Kamu menyadari bahwa semua itu gak layak kamu buang. Kamu bukan dia yang bisa semudah itu menghempaskan segalanya. Kamu orang baik yang tetap menghargai segalanya.
Kamu mulai berpikir karma.
Bahwa apa yang kamu terima saat ini. Semua kejahatan yang kamu terima dari mantanmu, semenyakitkan apapun itu, adalah karma dari perbuatan di masa lalu. Kamu mulai mengorek lagi kenangan, pernahkah kamu menyakiti seseorang sebelumnya? Pernahkah kamu membuat seseorang bagai upil keras di pojokan meja? Pernahkah?
Lalu hatimu melunak.
Kamu memaafkannya. Lalu kamu memaafkan dirimu sendiri.
Kamu mulai menjadikan kegagalan ini sebagai pelajaranmu. Kamu ikhlaskan mantanmu yang bangsat itu berbahagia dengan yang baru. Que sera sera, katamu. Everything happens for a reason. Kamu melangkah lagi. Meski masih sedikit-sedikit menengok ke belakang, tapi kamu udah gak lagi menginginkannya. Saking sayangnya kamu ke dia, kamu mendoakannya di setiap ibadahmu. Bukan lagi minta dia kembali padamu, tapi kamu berbisik:
"Tuhan, jika memang aku bukanlah kebahagiaannya, lapangkan hatiku untuk melihatnya bahagia dengan orang lain. Ikhlaskan hatiku...."
Lalu kamu menutup doamu dengan amin yang panjang.
5. Ketawa Receh
Hey! Lu itu cuma upil di bawah meja buat dia keleus! Get over with it!
Ya. Meski kamu, dengan kebaikan hatimu, akan selalu menanggapnya upil emas kesayanganmu, kamu akan mampu ketawa terbahak-bahak sambil maki-maki kayak gini:
"Ih, si anjing! Gua sampah banget dah sempet nangis-nangis kayak orang gila buat mantan kayak gituan doang! Ha Ha Ha!"
Gapapa. Wajar.
Tahap ini adalah tahap yang paling membahagiakan. Kamu mungkin belum benar-benar moved on, tapi paling gak, kamu udah bisa ketawain dirimu sendiri, menghina kelakuan sampahmu sendiri, hingga kamu gak lagi mikirin dia. Perasaannya. Kejahatannya.
Dia cuma seseorang yang pernah berpapasan di jalanmu.
Kamu cuma seseorang yang pernah gak sengaja ada di hidupnya.
Lalu suatu ketika kalian papasan di jalan, kamu akan menyadari kalau,
Di sini tak ada lagi kita.
Hanya ada kamu dan aku.
Kamu, ada tahapan yang mana?
ps:
Yakinlah, kalau jodoh juga gak akan kemana.
End.
loading...
0 Komentar Acentrisme: 5 Tahapan Move On
Post a Comment
Kamu Familia dari mana ?