Acentrisme: Drama Penerbangan itu Bernama Lion Air - NDX AKA MUSIC -->

NDX AKA MUSIC

NDX AKA MUSIC : SATU NDX SEJUTA FAMILIA

Acentrisme: Drama Penerbangan itu Bernama Lion Air

loading...
loading...
loading...


Disclaimer:
Buat para Lion Air FC alias penggemar Lion Air garis keras maupun para manusia di belakangnya, please, jangan ngambek dulu sama gua. Ini murni pandangan gua sebagai customer. 

Tambahan, bakal ada banding-membandingkan maskapai. Jadi ya, tolong sikapi dengan bijak. Sekali lagi, gua sedang dalam keadaan sadar dan tidak berada dalam endorsan maskapai manapun. Murni opini pribadi.

*Postingan ini pernah muncul di blog pribadi gua yang kini telah wafat setahun lalu. Ada kemungkinan Lion Air telah berbenah menjadi lebih baik. Sikapi dengan bijak, ya!*

***

Jadi gini.

Gua sering banget mendengar keluh kesah dari teman-teman gua sesama pejalan mengenai pesawat mau-gak-mau-jadi-favorit mereka karena alasan harga dan cuma pesawat itu aja yang ada.

Yeah, apalagi kalo bukan Lion Air (biar gak terkesan terlalu memojokkan, setelah ini gua akan menyebutnya dengan Layen). Ah, tapi carut marutnya Layen emang udah jadi rahasia umum sih, daftar kelakuan Layen ada di rangkuman ini.

Dulu, awal-awal jadi pelancong yang masih sering banget wara-wiri naik pesawat, gua adalah fans setianya Air Asia. Mengingat saat itu emang cuma Air Asia LCC  yang kayaknya paling murah dan masuk akal di kantong. Ya emang berkat review temen-temen gua juga sik jadi gua menghindari terbang naik Layen.

Namun, tsaelah namun.

Seiring berjalannya waktu, bermunculanlah LCC lain yang bisa menjadi pilihan, kayak Tiger Air, Citilink, Nam Air, yang bisa jadi pilihan buat bepergian naik pesawat tapi murah.

Sayangnya, dari semua LCC yang ada, entah mengapa gua harus memulai perjalanan karir penerbangan gua dengan Layen.

Gua akan ceritain yang paling terkini dan membekas di hati aja, ya?

Yang lama-lama udah lupa, lagian kalo diingat-ingat mulu, kapan move on-nya coba?

*ambil tisu*
*sekalian curcol*

Jakarta - Bengkulu - Jakarta
Kejadian ini baru banget beberapa bulan lalu. Cerita jalan-jalan ke Bengkulu bisa disimak di Gunung Dempo The Series.

Yha. Karena rombongan dari Jakarta pengen banget sok sweet dan manja terbang barengan sepesawat, mengalah lah gua ikut mereka terbang dengan Layen. Saat itu emang long weekend, jadi lumayan padet jalanan. Pesawat boarding jam 19.20. Gua udah di boarding room sejak 18.30an. Mending nunggu daripada telat toh?

Waktu berlalu.

Jam tangan gua menunjukkan pukul 19.20. Gua gelisah. Gua takutnya lagi becanda kebablasan sama anak-anak dan berakhir ketinggalan pesawat. Duh, becanda emang gak boleh kebablasan, puter balikan sekarang jauh-jauh.

Lalu gua melintasi beberap counter Layen demi meyakinkan kalo ini pesawat beneran meninggalkan gua. Tiba-tiba, ada suara muncul dari langit-langit.

"Penumpang Layen Air bla bla tujuan Bengkulu, pesawat delay hingga pukul 20.20 bhayy..."

Khan. Maen. Delay. Sampe. Sejam.

Lalu gua mendengus dengan kesal dan kembali ke tempat duduk. Belum sempat meletakkan pantat gua --yang bohay-- ini ke kursi, tiba-tiba ada suara lagi.

"Penumpang Layen Air tujuan Bengkulu, gak jadi delay lama-lama, cus sekarang ke Gate 9."

Pas pantat gua mendarat sempurna di kursi. Pas penumpang Layen mendadak jadi beringas lari-larian kayak ada zombie apocalypse. Brengsek!

Oke. Fyi, lokasi kami di Gate 5. Seharusnya, itu pesawat terbang dari sini. Dan dari Gate 5 ke Gate 9 ternyata makan hampir 3000 langkah. Jauh men!

"Ih, panas banget deh beb..." kata Ikus sambil ngebuka flanelnya sesaat setelah duduk di pesawat.

Gak lama setelah terbang, gua sadar, ternyata emang entah ac-nya kecil banget apa malah gak dinyalain. Gua lalu ikutan buka kemeja dan teriak,

"Egila! Ini pesawat apa metromini komdak-pasar minggu!!!"

***



Itu baru cerita berangkatnya.

Pulangnya,

Kebetulan dari sore kami udah di Bandara. Jam 17an lah. Karena emang pesawatnya jam 18an. Bandara Fatmawati Soekarno itu meskipun kecil imut, tapi ternyata berada di lokasi yang strategis lho. Gua dapat menyaksikan indahnya semburat senja setelah hujan sembari menunggu Layen yang curiga delay lagi.

Waktu menujukkan pukul 18an. Kalo gak delay, harusnya sih gua udah lagi ngantri boarding jam segini. Tapi para petugas Layen masih anteng-anteng aja tuh. Sementara para penumpangnya udah belingsatan.

Sudut mata gua lalu menangkap kegiatan tak biasa para petugas Layen. Bak kejatuhan durian runtuh, mereka mendadak berlimpahan dus-dus mini berwarna coklat gemay yang menggoda. Dus-dus itu ditumpukkan sedemikian rapi jali dan teliti di atas meja. Gua yang awalnya terpana, lalu seperti ditampar marabahaya, dan hati kecil gua menggelinjang sambil berteriak;

NYET. ITU JAJANAN BUAT LAU KARNA BAKAL DELAY LAMA NYET!

Gua sadar. Tapi gua gak mau sadar-sadar. Gua masih menampik dengan berpikir, ah itu jajanan buat penerbangan Layen lain keleus. Meski setelah mengintip layar tivi yang menggantung itu, gak ada penerbangan lain selain tujuan gua.

"Para penumpang Layen tujuan Jakarta, udahlah, gak usah pura-pura gak tau, pesawatnya emang delay. Nih diambil jajannya. Gratis!"

Sambil mengelus dada, gua merepet: "Dasar kampret!"

*kemudian tetep ngambil jajan dan ngunyah sambil misuh-misuh.

***

Makassar - Jakarta

17.00

"Yuk segera! Kita harus udah sampe bandara jam 6 lho! Pesawat kita terbang jam 7an kan!"

"Bentar mas,"

"Aku barusan dapet email dari Layen, katanya penerbangan kita diundur sampe jam 8an."

"Ih, Layen mah gelo sia kezel aing!"

Setelah percakapan itu kemudian kami, rombongan dari Jakarta yang habis mendaki Gunung Latimojong, melanjutkan leyeh-leyeh sambil ngemil konro.

Jam 19.00

"Mas, saya mau check in Layen tujuan Jakarta, nomor penerbangan bla bla, kok gak ada counternya ya?" tanya gua pada mz-mz penjaga konter Batik Air. Sambil menggeh-menggeh mengingat gua lari-larian dari pintu masuk ke counter check in.

"Udah tutup mz."

"Hah? Ih, udah gila kali ya, kan penerbangannya diundur mz! Nih imelnya nih, diundur! Bukain gak?!" tanya gua sedikit memaksa dengan muka cemas, gelisah, dan agak sedih hati. Gila, penerbangan Makassar-Jakarta lagi long wiken gitu harganya kan jadi awur-awuran.

"Udah tutup keleus mz. Tadi penerbangannya balik lagi ke jadwal awal. Gak cayaan si anaknya. Lagian, bukannya web check in aja tadi." katanya menambahkan.

"Heh gila, udah coba web-check-in dari jam 6an gak bisa mulu. Bete ah!"

Perasaan gua kalut.

Ini pertama kalinya gua merasakan (bakal) ketinggalan pesawat karena maskapainya kayak punya motto: pesawat aing kumaha aing. Berapa banyak kerugian yang harus gua bayar gara-gara ini? Waktu. Uang. Kalo gua pengusaha properti sih gua beli sekalian aja ini pesawat sebiji. Lha wong gua cuma kasta kelas menengah ngehe ya paling hanya bisa meratap dan ngeyel lagi.

Ah iya! Ngeyel lagi aja! I can do that all day long!

Daripada berdebat sama mz-mz lenje gak ada guna, gua lalu pindah tempat debat dan milih ibu-ibu berjilbab yang level jabatannya terlihat jauh lebih tinggi. Kalau perlu, gua pake jilbab juga biar sekalian qosidahan ngaji bareng!

Beruntung, setelah ngajak qosidahan ngobrol bareng itu ibu-ibu pejabat berlevel tinggi, meskipun agak alot, dia akhirnya menawarkan kompensasi buat kami, yaitu, terbang besok pagi tanpa ada tambahan biaya sedikit pun.

Awalnya, gua agak ragu dan mau tetap ngeyel terbang saat itu juga. Tapi, akhirnya gua mengiyakan. Terutama setelah temen gua ngomong gini,

"Bang, tadi setelah gua nanya sama petugas tiket, ternyata harga tiket pesawat Layen lo besok pagi itu empat jutak lho!"

Gila gila gila.

Gua naik pesawat Layen seharga empat juta. 

Gila gila gila.

Rasanya?

Sama aja, masih sempit-sempit juga. 

End.

Ps:
Percakapan di atas diambil intisarinya aja. Percakapan sebenarnya ya gak se-alay itu juga. Tengs.
loading...
CLICK HERE

0 Komentar Acentrisme: Drama Penerbangan itu Bernama Lion Air

Post a Comment

Kamu Familia dari mana ?

Back To Top