Backpacker beser 3: Episode Kompilasi Pendakian - NDX AKA MUSIC -->

NDX AKA MUSIC

NDX AKA MUSIC : SATU NDX SEJUTA FAMILIA

Backpacker beser 3: Episode Kompilasi Pendakian

loading...
loading...
loading...




Beser di dalam kamus gue gak cuma berlaku buat pipis. Tapi juga buat boker. Iya boker.

Gue boleh berencana, tapi apa daya, pantat juga yang menentukan.

Rencananya, gue cuma pengen boker maksimal sehari sekali. Tapi pantat gue menentukan, gue harus boker setelah bangun tidur, sebelum tidur, dan setelah makan. Gue gak tau apa bedanya boker sama sikat gigi.

Begitu juga terjadi tidak dalam keseharian gue aja, tapi termasuk di kala gue sedang bepergian, baik itu traveling, backpacking, touring, maupun naik gunung.

Inilah kisah nista petualangan beser gue....


***


Dulu, dulu banget, waktu ladang gandum dihujani coklat dan jadilah koko krunch, gue sedang mendaki gunung Pangrango bersama teman-teman calon dokter yang ada di cerita Gunung Pangrango.

Berawal dari track terjal menuju Mandalawangi, kami jadi sering banget berhenti karena kecapekan dan keseringan ngemil. Beruntung, karena cemilan banyak, jadilah kami ngemil sesukanya.

Sampai......

Perut gue bergejolak hebat.

"Kenapa, Cen?" tanya Satrio yang penasaran ngeliat gue gerubukan ngubek2 tas nyari tisu basah.

"Kebelet boker gue! Anjir udah diujung! TISSUE BASAH DONG TISSUE BASAH!!!! ARGGHH!!"

Gue langsung melesat bagai peluru menuju semak-semak terdekat setelah merebut tisu basah dan meninggalkan Satrio dengan muka cengo.

Perut gue makin melilit! Cemilan yang barusan gue makan yang minta dikeluarin lagi udah mencapai ujung pantat!

Gue berhenti sejenak, menahannya supaya gak kelepasan. 

Sedikit lagi, Acen. Selamat berjuang!

Lalu gue melangkah perlahan, membuka semak tujuan, dan.....

BROT.

BROT. BROT. BROT.

BROOT BROOOT BROOOOOT BROOOTT!!!!

SHIT!!! Eeknya keluar duluan sebelum gue jongkok!! ARRGGHHH!!!

Dan hari itu, gue musti berkabung karena harus mengubur celana dalam plus celana gunung gue.... Bersama ceceran eek yang menyelimutinya.

Iyuh.

***

Cerita berikutnya adalah ketika berada di Semeru. Pernah baca (Bukan) Cerbung Semeru, kan? Kalau belum pernah, kamu keterlaluan. Kalau udah, i let you know, cerita ini adalah side story dari cerita itu.

Semeru adalah Gunung yang dicita-citakan semua orang. Baik para pendaki senior maupun junior, mereka bawaannya pengen ke Semeru terus. Ketambahan lagi sama film 5cm yang super populer membahana bak air segar dalam kekeringan. Semua orang rasa-rasanya pengen banget pergi ke sana. Ketemu cantiknya Ranu Kumbolo dan mencoba peruntungan menangis di Mahameru.

Karena waktu pendakian gue ke kebetulan bebarengan sama H-1 bulan sebelum itu film 5cm tayang dan pas banget sama event sialan salah satu brand pendakian gunung (baca ulasannya di Bukan Cerbung Semeru Episode 1), udah pasti banyak banget yang mendaki Semeru. BANYAK BANGET.

Gue, sangat memahami karakter perut dan pantat gue yang.... Gak tau diri sekaligus gak tau malu dan gak tau tempat. Jadi gue beli obat penahan boker sebanyak-banyaknya. Sebut merk gak yah? Ah nggak ah.

Gak seperti biasanya, gue yang gak terlalu peduli sama harus boker apa gak di gunung, udah berniat untuk bakal gak boker di Semeru. Alesannya ya banyak orang tadi itu, rempong bet kalo musti boker. Setelah mengonsumsi banyak-banyak obat penahan boker tadi. 

Perjalanan dari Ranu Pani sampai Ranu Kumbolo aman banget, kecuali urus-urusan sama si Adi anak setan itu. Tapi sesampainya di Ranu Kumbolo, malam itu, tiba-tiba perut gue bergejolak. Bagai cerita cinta pertama yang begitu menggelora, menggebu-gebu di dalam dada, begitulah rasanya eek yang berada di dalam perut gue. 

Kayaknya perut gue mengenali obat penahan boker tadi sebagai obat pencahar. Shit lah. Akhirnya gue coba-coba cari batu dan menggenggamnya erat-erat. Sampai gue tertidur dan lupa sama kebelet boker...

Di pagi esok harinya yang super dingin,

Perut gue bergejolak lagi. Dan kayaknya kesaktian batu penahan bokernya udah mulai pudar. Tapi gue coba memusatkan perhatian gue dari pantat sialan ini dengan main air kecipikan di Ranu Kumbolo, bikin video ala-ala, masak, sampai ikut neriakin orang yang berenang dengan asoinya di Ranu Kumbolo. Luar biasa, gue bener-bener melupakan kebelet boker!

DUT Blub.

Ya, itu tadi bunyi kentut gue. Gak terlalu nyaring, tapi sarat muatan, lengket dan berbau tajam. Fak lah, gak bisa gak gue musti boker. 

Gue liat sekeliling.

Tenda. Orang. Tenda. Makanan. Tenda. Orang. Tenda. Shit. Tenda. Fakkkk. Tenda. Orang. Tenda. Bukit. Tenda. Jalur Pendakian. Semak-semak. Akhirnya!

Gue melesat sambil pegang-pegang pantat. Berharap gak kelepasan di jalan. Meracau sambil berdoa, gak peduli sapaan pendaki-pendaki sekitar. Sampai di semak-semak yang persis jalur pendakian menuju Ranu Kumbolo dari Ayek-Ayek, gue buka celana, jongkok dengan sempurna, dan......pret. Keluar sudah hajat yang mengganggu jiwa. Lega.

....sejenak gue membuka mata, menatap sekeliling, hingga...

Ada sepasang mata pria yang menangkap pandangan mataku....

Ada perasaan yang lain diantara kita, ada pipi yang saling merona merah, ada senyum malu yang merekah diantara kami.... 

Ada rasa saling pengertian diantara kami..

Ada.... 

AH, GUE KEGEP LAGI BOKER.

End.
loading...
CLICK HERE

0 Komentar Backpacker beser 3: Episode Kompilasi Pendakian

Post a Comment

Kamu Familia dari mana ?

Back To Top