loading...
loading...
loading...
Sebelumnya di Ganteng Ganteng Pendaki Galau 3
You and me, we made a vow
For better or for worse
I can't believe you let me down
But the proof's in the way it hurts
For better or for worse
I can't believe you let me down
But the proof's in the way it hurts
Raina menyodorkan handphone-nya. Gue menerimanya. Tentunya, setelah kami sama-sama tersadar dari kebekuan dan kebisuan selama beberapa saat. Teman-teman Raina menatap kami berdua diiringi dengan pertanyaan besar yang tergambar dari masing-masing wajah mereka.
Cekrek.
"Gaya yang lain ya.... Satu.. dua....."
Cekrek.
Oh, Sialan senyum itu lagi. Why would on earth gue ketemu sama Raina di Mandalawangi? Di bumi yang seluas ini dengan 7 milyar lebih penduduknya, kenapa gue ketemu wanita sial ini lagi?? DI MANDALAWANGI???
"Udah cukup, Can.... Thanks yah." sapa Raina seraya mendatangi gue untuk mengambil handphone-nya.
Tangan kami bersentuhan.
Usaha move on gue pun buyar entah kemana.
"Sama-sama. Naik sama temen-temen kampus?" tanya gue, mencoba membuka pembicaraan, berusaha tidak terlihat gugup.
"Bukan, sama anak-anak Japen. Hehehe..." jawab Raina sambil tersenyum. Iya, senyum manis yang bikin diabetes itu.
"Ngg... Japen... Jalan Pendaki?"
"Iya, Can, Japen, Jalan Pendaki yang lo tunjukkin waktu itu. Anak-anaknya seru!" jawab Raina antusias.
"Wah, kok bisa? Open trip apa gimana?"
"Komunitas, Can. Jalan Pendaki ada komunitasnya. Setelah ditunjukkin sama lo, gue jadi kepo sendiri, Bang Acen koplak banget orangnya! Terus gue baca-baca lagi, ternyata ada komunitasnya, ya gue join aja. Welcome banget lho! Terus ini lagi ada komunitrip ke Pangrango, ya gue ikut aja! Eh, eh, join juga yuk!"
Gue menatap Raina yang sangat sumringah. Rasanya kayak, apa yang pernah terjadi di antara kami bener-bener dia lupakan. Semudah itukah dia move on?
"Kapan-kapan deh ntar gue join.... Berapa orang? Cuma sama Japen aja?" gue menanggapinya setegar mungkin.
Padahal di kepala gue yang keluar gimana kabar lo? Gimana perasaan lo? Masih adakah rasa kangen buat buat gue? Masih sekmpat terlintaskah bayangan gue di kepala lo?
Mendengar pertanyaan gue, air muka Raina berubah. Sepertinya ada kebingungan yang tiba-tiba muncul.
Padahal di kepala gue yang keluar gimana kabar lo? Gimana perasaan lo? Masih adakah rasa kangen buat buat gue? Masih sekmpat terlintaskah bayangan gue di kepala lo?
Mendengar pertanyaan gue, air muka Raina berubah. Sepertinya ada kebingungan yang tiba-tiba muncul.
".....gue.... Sama Willy juga, Candra....."
APAHHH??
*cuma teriakan heboh dalam hati gue*
***
For months on end I've had my doubts
Denying every tear
I wish this would be over now
But I know that I still need you here
Denying every tear
I wish this would be over now
But I know that I still need you here
"Halo, Candra! Gue Willy...."
Di depan gue kini muncul sesosok pria berbadan tegap. Lebih tinggi dari gue. Lebih berotot dari gue. Lebih putih. Mata sedikit sipit. Hidung mancung. Kaos bermerk. Dan ultimately, lebih ganteng dari gue.
Sementara gue, kulit item terbakar matahari. Rambut ijuk. Badan semi kerempeng. Perut doang yang berotot, itu pun otot yang sudah buyar. Mata belo kayak kebo. Beli baju sesanggupnya, kadang malah cuma ngandelin endorse-an online shop para sistah sistah instagram.
Pantes aja, Raina lebih memilih insyaf selingkuh sama gue. Dan balik lagi pada Willy, yang, lebih sempurna segala-galanya.
"Oh, hallo, Willy! Gue Candra...." sembari menyambut jabat tangan dari Willy.
"Gue tau lo naksir pacar gue, Raina...." katanya sembari menunjuk wanita cantik berambut panjang jauh di sebrang sana.
Anjir, gue syok langsung ditembak gitu aja.
"....tapi gue harap lo paham ya. But thanks anyway, pernah ngajakin Raina ke Kawah Ratu. Lain kali ajak gue juga ya, biar gak terjadi fitnah." sambung Willy.
Entah kenapa gue merasa anak ini tabah banget. Berapa sih umurnya?
"Hmmm.... Maafin gue ya Willy, waktu itu bener gue gak tau kalau Raina udah punya pacar. Kita juga gak lebih dari temenan kok. Gue juga biasa aja sama Raina. Hehe...." semoga Willy memaafkan kebohongan gue. Bahwa, gue, gak pernah biasa aja. Gue.. Gak bisa biasa aja.
"....Boleh lah kapan-kapan kita naik bareng berempat, sama pacar gue juga...." gue melanjutkan.
Willy menjengit. Kelihatan terkejut. Tapi kami sama-sama gak mencoba untuk berbincang lebih lama.
"Bang, ini, temen gue Candra, dia naik sendiri lho! Ajak masuk Japen gih bang!" tiba-tiba muncul Raina di depan gue, bersama seorang pria lainnya lagi. Seorang yang udah gue kenal lama.
"Lho, Candra??! APA KABAR LO, AKANG SELEB!!!!"
"......ahelah.... kebiasaan lu, Cen!"
"Lho... babang... kenal sama Chandra????"
***
"......ahelah.... kebiasaan lu, Cen!"
"Lho... babang... kenal sama Chandra????"
***
You say I'm crazy
'Cause you don't think I know what you've done
But when you call me baby
I know I'm not the only one
You've been so unavailable
Now sadly I know why
Your heart is unobtainable
Even though Lord knows you kept mine
'Cause you don't think I know what you've done
But when you call me baby
I know I'm not the only one
You've been so unavailable
Now sadly I know why
Your heart is unobtainable
Even though Lord knows you kept mine
"Kayaknya, Jalan Pendaki makin tersohor aja, Cen?"
"Masih kalah jauh lah sama seleb instagram macam, lau, boi!"
Acen adalah temen yang gue kenal dari Instagram. Ah, gak, sebelumnya gue udah liat akunnya berseliweran di facebook grup pendaki-pendakian. Nge-share tulisan blognya yang awur-awuran tapi asik itu. Ketika Acen mulai fokus main instagram, kenallah gue sama orang sok asik macam dia.
"Akhirnya bisa ngegunung bareng yah kita. Direncanain sana sini malah ketemu dimari aahahhhhha. Anyway, kenal Raina dari mana dah?" tanya Acen. Seperti biasa, kalau bukan kepo bukan Acen namanya.
"Kepo aja lau kebiasaan. Hmm... sama kayak lo, lah kurang lebih. Gara gara instagram. Ehehee... " jawab gue sambil menengok ke belakang. Ke arah Raina yang lagi bergandengan tangan mesra dengan Willy. Anjir, sakit hati abang, dek!
"Jangan sedih boi, di komunitas gue ada yang kemampuan keponya setara dewi kepo. Kami memanggilnya Putri Desas Desus, gue menyebutnya Dewi Angin-Angin...." kata Acen sambil ngikik.
"Hanjir dewi angin-angin, ngakak gue! Kayaknya seru banget ya komunitas lo..." sambut gue, sambil gak mengalihkan pandangan gue dari Raina. Ah syit! Mata kami beradu!
"Raina udah punya pacar, Can... Bukannya lo juga udah?" tiba-tiba Acen berkata demikian. Kok dia tau? kok dia bisa tau?
"Jangan heran gitu, Can, Raina udah cerita sama gue..."
Dan kalimat pamungkasnya, membuat kami berdua terdiam. Gue mempercepat langkah, menjauh dari Acen, menjauh dari penglihatan gue akan Raina dan Willy, kalau bisa, menjauh sekalian dari dunia ini. Gue gak ngerti lagi musti ngomong apa.
"Jangan sedih boi, di komunitas gue ada yang kemampuan keponya setara dewi kepo. Kami memanggilnya Putri Desas Desus, gue menyebutnya Dewi Angin-Angin...." kata Acen sambil ngikik.
"Hanjir dewi angin-angin, ngakak gue! Kayaknya seru banget ya komunitas lo..." sambut gue, sambil gak mengalihkan pandangan gue dari Raina. Ah syit! Mata kami beradu!
"Raina udah punya pacar, Can... Bukannya lo juga udah?" tiba-tiba Acen berkata demikian. Kok dia tau? kok dia bisa tau?
"Jangan heran gitu, Can, Raina udah cerita sama gue..."
Dan kalimat pamungkasnya, membuat kami berdua terdiam. Gue mempercepat langkah, menjauh dari Acen, menjauh dari penglihatan gue akan Raina dan Willy, kalau bisa, menjauh sekalian dari dunia ini. Gue gak ngerti lagi musti ngomong apa.
"Cen, ayo kita ngobrol....."
***
***
You say I'm crazy
'Cause you don't think I know what you've done
But when you call me baby
I know I'm not the only one
"Jadi gitu ceritanya, Cen...." kata gue setelah menceritakan semua kisah percintaan gue sama Raina. Betapa hal paling kecil dari bersama dengan Raina yang membuat gue makin mencintainya hari demi-hari. Membuat gue makin gak bisa lepas dari keindahan bersamanya. Kenangannya. Ah syit, gue hampir aja nangis.
Entah mengapa gue bisa cerita sama Acen, ah gue juga udah gak terlalu peduli.
"Saat ini, lo nikmati dulu perasaan galau gak menentu lo. Ada kalanya kita memang harus lemah sama cinta, karena di masa depan nanti lo akan ketawain diri lo sendiri karena beginian. Percayalah, i've been there...."
Tumbenan ini anak kata-katanya ada benernya,
"Been there.. you mean... jadi selingkuhan juga? Nyahahhahaah...." gue ngakak.
"Diem, lau! Badjingan! Hahahahahahah...... Anyway, pacar ngana kemana? Seinget gue, ngana bilang dulu udah taken, deh. Ini berarti statusnya lo selingkuh dari pacar lo untuk jadi selingkuhan? Ribet amat idup lo.... HAHAHAHA"
JLEB. Kata-kata Acen nusuk banget pas kena hati gue. Bener juga ya, gue kenapa khilaf banget gak inget sama sekali soal dia waktu bersama Raina.
"Gimana bang? Bisa lo ceritain lagi?"
RAINA!
ADA DI SINI! KENAPA GUE GAK LIAT? KENAPA RAINA MATANYA BERKACA-KACA?
KENAPA ACEN MULUTNYA COAK BANGET???? KENAPAA???
......mati gue.
Seperti yang ada di sinetron-sinetron, cerita ini hanyalah fiktif belaka. Apabila ada kesamaan nama tokoh, lokasi, dan jalan cerita yang banyak dramanya, tentu aja karena disengaja. Apabila ada kejadian yang dirasa sama, jangan tersinggung, bukan berarti saya sedang nyinyirin anda, bisa jadi nasib kita sama.
Tengs.
loading...
0 Komentar Ganteng Ganteng Pendaki Galau: Episode 4
Post a Comment
Kamu Familia dari mana ?