Ganteng Ganteng Pendaki Galau: Episode 3 - NDX AKA MUSIC -->

NDX AKA MUSIC

NDX AKA MUSIC : SATU NDX SEJUTA FAMILIA

Ganteng Ganteng Pendaki Galau: Episode 3

loading...
loading...
loading...


Sebelumnya, di Ganteng Ganteng Pendaki Galau 2


Segala cintaku yang kau jala membawa diriku pun percaya
Memberikan hatiku hanya kepada dirimu selamanya sampai kapan juga
Menjaga segala rasamu agar dirimu selalu merasa akan cinta kita


"Candra, gini deh..."

Mba Sesa, senior gue di kantor mencoba menasehati setelah gue menceritakan hampir sebagian besar cerita kegagalan cinta bersama Raina. Tsah. Kayak dangdut. Iya, gue ini anak kantoran biasa, pegawai biasa, dengan prestasi biasa aja, kehidupan yang gitu-gitu aja, dan tidak begitu istimewa. Kecuali, kemampuan gue dalam mengambil moment ketika mendaki gunung, mem-postingnya di Instagram, dan membuat gue mempunyai cukup banyak followers  di instagram. Oiya, gue juga hobi naik gunung.

"Lo musti tau, cinta itu, harusnya membuat kehidupan lo jauh lebih bahagia." Mba Sesa melanjutkan.

"Iya Mba, gue bahagia pas lagi sama dia.... Banget!" sanggah gue.

"Tapi yang terjadi setelah tau lo ini, kasarannya, cuma selingkuhannya, lo galau doang kan isinya?"

".....iya... sih, Mba...."

"Gini, Can, Ibaratkan, kehidupan lo itu adalah sayur asem...."

"Ganti sayur sop bisa? Sop ayam. Plis?"

"Tai.... Oke ibaratkan hidup lo sayur sop ayam. Gini, untuk memasak sop ayam ada beberapa bahan-bahan utama yang gak bisa digantikan, yaitu misal, sayurannya, bumbu-bumbu, kentang, dan air."

"Ayamya, woi!"

"Elah! Nyela aja lu! Iya, plus ayamnya. Nah, kelima bahan tadi adalah bahan utama untuk membuat sop ayam yang sempurna dan lezat. Tanpa salah satunya, namanya bukan sop ayam lagi. Tapi ada satu bahan tambahan, yaitu bawang goreng. Bawang goreng yang ditabur di atas sop ayam, bisa bikin sop ayam ini makin lezat dan sempurna. Tapi, gak dikasih bawang goreng juga, harusnya, sop ayam gak keganggu rasanya, masih lezat sempurna. Bentar, gue minum dulu dong, aus..."

Lalu gue menyodorkan gelas berisi kopi pait dan langsung diminumnya tanpa liat-liat.

"CANDRA, SEMPAK YA!" semprot Mba Sesa sambil misuh-misuh dan ngambil air putih.

Gue ngindar. Dan ngikik.

"Lanjut ya, nah, ibaratkan sayur sop ayam tadi adalah kehidupan lo, dan bawang goreng adalah cinta di dalam hidup lo. Dengan taburan cinta, hidup lo jadi semakin bahagia, semakin sempurna, semakin lengkap dan lezat. Semestinya, tanpa cinta, hidup lo udah sempurna dan lezat. Harusnya, gak mempengaruhi kadar kebahagiaan lo, kadar ke-independen-an lo, dan kesempurnaan lo. Ibaratnya tanpa cinta hidup lo udah 100%, dengan cinta hidup lo jadi 110%. So, cinta mustinya bikin lo makin bahagia, bukan terpuruk, dan galau melulu kayak gini...."

"Hmm... gitu ya... hmm.. jadi....."

"Ngerti gak? Artinya, kalau cinta bikin lo galau doang, lo belum siap buat cinta-cintaan. Karena cinta sejati akan datang, ketika lo sudah siap."

"Anjir, keren amat bahasa lo! Orang tua emang beda yah!"

"Gue gak tua-tua amat yah, Candra! Tabok yeh!"

"Ehehehe.... jadi Mba, kesimpulannya....., cinta adalah..... bawang goreng?"

Kemudian, Mba Sesa gak ngajak gue ngomong selama seminggu.

***

Apakah diriku yang bersalah hingga pisah di depan mata
Tetapi diriku masih tetap cinta kamu kasih selamanya sampai kapan juga
Menjagakan cinta kita agar tetap di tempatnya sehingga takkan sampai punah


Setelah gue pikir-pikir lagi, ada benernya juga apa kata Mba Sesa. Sebelum hidup gue jadi berantakan gara-gara kemunculan Raina asyu itu, kayaknya segalanya berjalan begitu sempurna dan bahagia-bahagia aja. Gue masih ngumpul-ngumpul sama sahabat-sahabat kuliah. Masih cuek bebek nonton film terbaru, terupdate, biarpun sendirian. Masih bisa ngabisin waktu berjam-jam di gym buat ngegym dan nungguin kelas dance hip-hop. Masih santai makan enak sendirian, dan, rasanya enak. Masih sering menghasilkan foto-foto kece di Instagram. Paling penting, masih sering naik gunung tanpa tedeng aling-aling. Masih berdiri tegak dengan tembok hati yang gue udah bangun bertahun-tahun.

Tapi, yes,

Semenjak Raina datang... hidup gue makin bahagia sih. Berdua dengannya, rasanya, segalanya makin enak. Tapi.... disisi lain, hidup gue kayak di kartun Avatar yang tiba-tiba diserang sama negara Api. Hancur berantakan. Luber kemana-mana. Apa-apa dibawa galau. Nonton sendirian, galau. Makan sendirian, entah kenapa rasanya gak enak, jadi galau. Naik gunung, bawaannya kepengen dikangenin Raina. Ngumpul jadi jarang. Mau update instagram males. Olahraga, seringnya cuma lari... dari kenyataan kalo Raina adalah pacar orang. Ah~

Terutama setelah kejadian Raina ke-gep sama Willy kalau udah jalan bareng gue di Kawah Ratu. Hubungan gue sama dia jadi makin renggang. Chat udah sekedarnya. Ketemu juga udah makin jarang. Gue tau, hubungan yang entah apa namanya ini bakal segera berakhir, tapi... entah kenapa gue masih gak sanggup memikirkannya. Ngebayangin berhenti mikirin Raina aja, udah bikin gue mual.

tengnong! tengnong!

Titut: Candra, jadi kagak, ikut gue ke Pangrango?

Belum tau nih, masih galau.

Titut: Galau mulu lau, udah ikut aja, yuk!

Bentar Tut elah, gue mikir dulu!

Titut: Tatut tatut, nama bagus-bagus lo ganti seenaknya, anak-anak jadi ikutan manggil gue Titut, sempak!

Yaudah sik! Daripada gue panggil titit. Atau jem..... pol?

Titut: ........bye!

Pangrango.

Salah satu gunung favorit gue. Bukan, bukan karena ikut-ikutan Soe Hok Gie, tapi Pangrango emang punya daya magis tersendiri buat gue. Terutama Mandalawanginya. Tempat paling sempurna buat menyepi, berpikir secara jernih. Hm, apa gue ambil aja ya tawaran Titut?

tengnong! tengnong!

Raina Rasjid: ...om

Tumbenan masih pagi Raina udah chat gue.

Yap, sist. Ada apa?

Raina Rasjid: ...om. Ketemuan yuk? 

Boleh. Dimana?

Raina Rasjid: Tempat pertama kita ketemu ya. Kangen gue sama carbonara. Besok malem jam 7-an bisa?

Bisa. Oke, see you there, Princess!

Raina Rasjid: Can't wait! But please, jangan panggil gue Princess lagi...

Dan gue mendadak sadar, apa yang akan terjadi besok.

***



Seribu ragu yang kian menyerang tapi diriku terlanjur sayang
Walau arah mata angin melawan tapi ku bertahan dan ku berjalan
Santun berkata kau pun menanyakan mengapa cinta dipertahankan
Tetapi haruskah dipertanyakan bila ku terlanjur ku terlanjur sayang


Warung Pasta.

Meja yang sama. Bangku yang sama. Menu yang sama. Sama seperti pertama kali gue dan wanita cantik ini bertemu.

"Candra, gue pusing begini terus...." genggaman tangan Raina mengendur. Gak lagi sehangat dan sekencang dulu.

Raina berubah. Gak ada lagi basa basi malu-maluin kayak yang biasa kita lakukan setiap ketemu.

"Maksudnya?" jawab gue pura-pura gak tau. Gue gak berani menatap mata Raina, sambil mengaduk-aduk spaghetti carbonara yang udah mulai mengeras. Gue gak mau berspekulasi. Gue mencoba untuk gak sakit hati.

"Lo tau kan gue masih ada si Willy...? Salah gue sih, kenapa gue pake nanggepin lo dulu..." kali ini Raina malah melepaskan genggamannya, sambil berkaca-kaca.

Hati gue mencelos mendengarnya. Lemah. Lemah hati abang dek!

".....tapi.... tapi gue sayang sama lo, Ra..." gue terbata-bata. Mencoba nahan air mata. Mencoba untuk gak membayangkan kesepian kayak apa yang bakal menghantui gue setelah ini.

"Iya, gue tau...." jawab Raina dingin, sembari menyembunyikan isakan tangisnya.

Gue memberanikan diri menggenggam tangan Raina. Gue menguatkan diri. Gak tahan akan air matanya yang mulai mengalir.

"Tapi selama ini, lo juga sayang sama gue....., kan? Apa yang terjadi diantara kita.... nyata kan?"

"Gue gak tau.... Gue gak bisa jawab." Perlahan Raina menjauhkan tubuhnya dari gue. Menyenderkan badannya. Membuang wajah cantiknya yang merona.

"Oke gini deh...." gue makin menguatkan hati.

"Bisa gak lo bilang kalo... selama ini lo gak sayang sama gue? Kalo selama ini lo gak nyaman sama gue? Kalo selama ini lo gak suka ada gue di sekeliling lo... Kalo selama ini... apa yang lo rasain ke gue itu.... gak nyata."

"Bisa......"

Raina terisak. Gue gak tau apakah kata "bisa" yang keluar dari bibirnya sama seperti apa yang ada di dalam hatinya.

Tapi, iya, hati gue remuk redam. Banget. Kayak ditumbuk pake palu gada. Pecah berkeping-keping.

".......gue cuma gak tega."

Gue melongo. Merembes air mata gue. Raina memandangi gue lekat-lekat.

"....jangan nangis, om... gue gak tahan...."

Lalu Raina pergi. Meninggalkan gue yang masih melongo dan berderai air mata.

***



Apakah diriku yang bersalah hingga pisah di depan mata
Tetapi diriku masih tetap cinta kamu kasih selamanya sampai kapan juga
Menjagakan cinta kita agar tetap di tempatnya sehingga takkan sampai punah


Calling Titut.

"Halo, tut, gue nitip ambilin sekalian SIMAKSI buat Pangrango dong!"

"Halo, Can, plis, gue serasa jadi cabe-cabean bernama Tuti, nyet! Plis stop panggil gue Titut. Plis! Nitip simaksi doang? Gampang! Barengan gue kan naiknya?"

"Gak, gue udah kirim ke email lo soal titipan simaksi. Gue...... mau Pangrango sendirian."

"Heh?? SENDIRIAN????"


***

Bersambung ke GGPG 4

***

Disclaimer:

Seperti yang ada di sinetron-sinetron, cerita ini hanyalah fiktif belaka. Apabila ada kesamaan nama tokoh, lokasi, dan jalan cerita yang banyak dramanya, tentu aja karena disengaja. Apabila ada kejadian yang dirasa sama, jangan tersinggung, bukan berarti saya sedang nyinyirin anda, bisa jadi nasib kita sama.

Tengs.
loading...
CLICK HERE

0 Komentar Ganteng Ganteng Pendaki Galau: Episode 3

Post a Comment

Kamu Familia dari mana ?

Back To Top