loading...
loading...
loading...
***
NYAHHHHHHH~~~
Suasana cerah pagi hari di Sabana Besar Gunung Argopuro memang menyenangkan. Gak nyangka, ternyata hari ini udah masuk hari ketiga di Gunung ini, gunung dengan track terpanjang se-Jawa. Sampai hari ini, cuaca stabil, tiap pagi cerah terang benderang tanpa awan hujan, tapi menuju sore hari udah diselimuti kabut dan turun hujan.
"Duluan ya, Mas. Nanti ketemu di Cikasur..." sapa rombongan om-om rangers-chubby yang berangkat duluan.
"Yuk, buruan! Etdah lama bangeeettt packingnya...."
Semua udah siap. Kami segera bergegas berangkat menuju Cikasur. Tempat dimana seharusnya menjadi camping ground kami semalam. Katanya, dulu Cikasur adalah lokasi landasan pesawat Belanda, pas lagi jaman-jamannya perang. Praktis, Cikasur ini boleh dibilang jadi bandara tertinggi sepulau Jawa, ceunah. Katanya juga, di Cikasur ini banyak air yang mengalir. Banyak burung merak pecicilan, banyak macan, banyak kijang, banyak artis top ftv juga..... yakali ada. Intinya sih, gue belum bisa bayangin Cikasur itu seperti apa.
Baru jalan sekian langkah.
"Istirahat dulu ya, chapeque!"
Buset, elevasinya makin-makin dah. Belum ada 15 menit aja kita udah terpingkal-pingkal. Dih. Tersengal-sengal. Capek banget, lah, cyin. Rasanya pengen bhobhoque chantique lagi. Lemah sekali badan ini untuk melanjutkan perjalanan. Tapi karena ganjarannya pemandangan yang tiada tara, ya kita gerak lagi deh.
Setelah nungguin Nophe pipis, yang, jauh banget pake masuk hutan segala padahal kita ya cuma bertiga aja, harusnya gak usah jauh-jauh amat. Akhirnya kami menyeret kaki kaki emets nan letih menuju tanah yang dijanjikan, Cikasur.
"Cikasur nih??"
"Bukan bang, kayaknya ini Sabana Besar..."
"Ih bagus! Eh, rombongan om-om itu! Hai Om! AA BAGUS AAAAAAA......"
Gue, Nophe, dan Sandy, langsung heboh ngeliat saban ijo seger yang luaaaaassss banget! Pe to the cah. PECAHHHHH!!!
Puas main di calon bakal lokasi syutingnya film Jalan Pendaki; yakali kali aja ada produser gak waras yang mau bikin film tentang Jalan Pendaki. Eh, aminin aja deh. Puas foto-foto di Sabana Besar, kami langsung jalan lagi. Kali ini dengan semangat lebih membara, dengan cita-cita bakalan balik ke sini lagi suatu saat, karena meskipun lama, jauh, berat, dan chapeque-nya kayak ngangon anak setan, tapi Sabana Besar-nya Argopuro, it's a must buat didatengin lagi. Untungnya, setelah Sabana Besar itu jalanannya lebih sering bonus, turunan, jalur kecil, dan sedikit tanjakan. Makin happy!
"Eh, ADA MERAK!!!"
"Ah boong lu bang..."
"Noh, liat aja sendiri..."
"EH IYA SAN, MERAKKK!!"
Kemudian meraknya terbang menjauh masuk ke dalam hutan.
"Yah... baru sempet ngeluarin kamera.... Lo sih pada teriak-teriak elahh...." gerutu Sandy.
"Bomat, meraknya jelek inih. Eh itu merak cewek kan ya?
"Iya, soalnya yang punya ekor bagus yang bisa mekar itu cowo. Buat menarik hati para betina..."
Kayaknya gue musti punya ekor merak kali ya. Ah gak, kayaknya gue cuma musti di ruqyah biar gak jomblo mulu. Bye.
***
"Yuk, buruan! Etdah lama bangeeettt packingnya...."
Semua udah siap. Kami segera bergegas berangkat menuju Cikasur. Tempat dimana seharusnya menjadi camping ground kami semalam. Katanya, dulu Cikasur adalah lokasi landasan pesawat Belanda, pas lagi jaman-jamannya perang. Praktis, Cikasur ini boleh dibilang jadi bandara tertinggi sepulau Jawa, ceunah. Katanya juga, di Cikasur ini banyak air yang mengalir. Banyak burung merak pecicilan, banyak macan, banyak kijang, banyak artis top ftv juga..... yakali ada. Intinya sih, gue belum bisa bayangin Cikasur itu seperti apa.
Baru jalan sekian langkah.
"Istirahat dulu ya, chapeque!"
Buset, elevasinya makin-makin dah. Belum ada 15 menit aja kita udah terpingkal-pingkal. Dih. Tersengal-sengal. Capek banget, lah, cyin. Rasanya pengen bhobhoque chantique lagi. Lemah sekali badan ini untuk melanjutkan perjalanan. Tapi karena ganjarannya pemandangan yang tiada tara, ya kita gerak lagi deh.
Setelah nungguin Nophe pipis, yang, jauh banget pake masuk hutan segala padahal kita ya cuma bertiga aja, harusnya gak usah jauh-jauh amat. Akhirnya kami menyeret kaki kaki emets nan letih menuju tanah yang dijanjikan, Cikasur.
"Cikasur nih??"
"Bukan bang, kayaknya ini Sabana Besar..."
"Ih bagus! Eh, rombongan om-om itu! Hai Om! AA BAGUS AAAAAAA......"
Gue, Nophe, dan Sandy, langsung heboh ngeliat saban ijo seger yang luaaaaassss banget! Pe to the cah. PECAHHHHH!!!
"Eh, ADA MERAK!!!"
"Ah boong lu bang..."
"Noh, liat aja sendiri..."
"EH IYA SAN, MERAKKK!!"
Kemudian meraknya terbang menjauh masuk ke dalam hutan.
"Yah... baru sempet ngeluarin kamera.... Lo sih pada teriak-teriak elahh...." gerutu Sandy.
"Bomat, meraknya jelek inih. Eh itu merak cewek kan ya?
"Iya, soalnya yang punya ekor bagus yang bisa mekar itu cowo. Buat menarik hati para betina..."
Kayaknya gue musti punya ekor merak kali ya. Ah gak, kayaknya gue cuma musti di ruqyah biar gak jomblo mulu. Bye.
***
Beranjak sedikit aja dari lokasi merak menuju Cikasur, treknya masih Sabana. Hutan emets. Sabana. Hutan emets. Dan tiap di hutan emets dan ketemu Jelatang, kita kayak...
"Gengs, kanan jelatang."
"Gengs, tiati kiri jelatang."
"GENGS, JE.LA.TANG!"
"JELATANG, KYAAAAAAAA!!"
Gitu aja terus sampe kiamat.
Jelatang, adalah pohon gak punya attitude yang tumbuh dimana-mana, sekaligus super-asyu karena punya daun lebar-lebar berbulu-bulu sialan. Soalnya, kalau gak sengaja kena daunnya, kulit perlahan terasa panas lalu gatel sekaligus galau sampai batas waktu yang tidak ditentukan. Digaruk enak tapi ntar ngoreng, gak digaruk cepet sembuh tapi gatel. Gitu deh. Sama kayak liat gebetan lagi jalan sama gebetannya. Hati panas api cemburu. Mulut gatel pengen nyinyirin. Asyu lah.
Begitu juga tiap ketemu sabana.
"Cikasur!"
"Belum bang.."
Sabana lagi,
"CIKASUR!"
"Bukan kayaknya...."
Sabana lagi,
"Nah, ini pasti Cikasur...."
"Bukan bang, Cikasur itu ada bangunannya...."
"...................bomat"
Sampe gue bosen banget. Sampe muak. Sampe udah skeptis sama Cikasur. Bodo amatan lah. Etapi, kok ada bangunan yang mengindikasikan ini Cikasur? Ada banyak tai ayam juga! *gak ada hubungannya sih
"INI BARU CIKASUR BANG!"
"...................CHI~QAAAA~SHOOOORRRRR!!!"
"YEAAAYYYYY!!!"
***
Parental Guide: explicit content and tummy, please, do not let your children see this disturbing picture. |
"Bang, lo yakin mau nyebur? Kalau gitu sekalian ambil selada airnya buat bikin pecel..."
"Yaiyalah, air gini. Seger banget tuh! Tuh! Ahhhh.. tapi gue serem deh sama selada airnyaaa... Ngerinya ada uler dong gimana...."
"Yaelah gak ada lah bang...."
"Tapi kan... Tapi.... kan... ah bodo amat deh...."
BYURRRR
Lalu gue nyebur dengan kocaknya melompati rimbunan selada air yang dicurigai banyak binatang gak jelasnya, dan persis mendarat di tengah-tengah sungai yang ternyata dangkal....
"SYIT! Dari tadi nahan boker, gegara loncat malah pengen keluar tainyaa aaaaaaakkkkkkkk!!"
"HAHAHAHAHAHAA.... eh lo udah videoin kan San?" tanya Nophe.
"Udah phe, kocak banget loncatnya hahhahahhaa...." jawab Sandy.
"Kalian videoin? AKKKK PENGEN BOKER AAAAA!! Gimana dong ini!!"
"Jangn boker di sungai bang!"
"Ya gue tau aaakkkk!!"
Sambil teriak-teriak, sekaligus sambil nahan boker, gue tetep elap-elap badan yang kotor pake kanebo. Iya, kanebo. Sambil mawas diri juga kalau-kalau ada anaconda melintas, gue harus sigap. Tiba-tiba gue melihat di atas sana, ada mas-mas rombongan chubby rangers lewat.
"Mas, mandi-mandi di sini gapapa kan?" tanya gue sambil teriak-teriak.
"Kalo di sebelah sini ndak papa mas...." jawabnya sambil nunjuk-nunjuk bagian sungai di depan gue yang ketutup rimbunan pohon gemes.
".......kalau sebelah sini gimana mas....?" muka gue udah mulai pucet.
"Kalau sebelah situ... ndak tau deh ada apanya apa ndak...."
"Mas... jangan...."
"Mas.... plis.. jangan becanda...."
"Mas....... AKKKK ULARRRR AAKKKKKKK..."
Bersambung ke Diary Pendakiann Gunung Argopuro 4
loading...
0 Komentar Diary Pendakian Gunung Argopuro 3: Monster Air Cikasur
Post a Comment
Kamu Familia dari mana ?