Diary Pendakian Gunung Argopuro 5: Menuju Taman Hidup - NDX AKA MUSIC -->

NDX AKA MUSIC

NDX AKA MUSIC : SATU NDX SEJUTA FAMILIA

Diary Pendakian Gunung Argopuro 5: Menuju Taman Hidup

loading...
loading...
loading...



Sebelumnya, di Diary Pendakian Gunung Argopuro 4

Sampai akhirnya gue terduduk. Lepasin semua benda yang gue panggul. Sedikit mau nangis. Kecapean maksimal. Dan baru kali itu dalam lubuk hati terdalam, yang gue inginkan saat itu juga, cuma....

"Gue mau pulang......"

***

....Ternyata Tuhan Maha Baik. Begitu gue mengumpulkan energi lagi dan berusaha bangkit dari keterpurukan cinta, Tuhan memberi lagi gantinya. Yang lebih baik, yang lebih indah, yang lebih menawarkan masa depan. Ini blog pendakian apa blog curhatan katakan cinta dah. Okay, fokus.

Gue agak-agak nyesel sih sempet berpikir mau nyerah dan jadi lemah. Gue kan anaknya strong dan gawl abich. Yang bikin kesel, setelah gue terlihat lemah di depan Nophe sm Sandy, ternyata pertigaan puncak cuma 10 menit dari tempat tadi. HAAAAALLLAAAAAHHHHHHHHHH!!!

"Jadi, kita mau yang mana nih? Sebelah kanan apa sebelah kiri? Ah bomat gue boker dulu!" jerit gue pada Nophe dan Sandy berdebat memilih enakan ngecamp di sebelah kanan pertigaan, atau sebelah kiri, sambil nahan boker.

"Udah, di sini aja ya? Lebih landai dan banyak pohonnya..." kata gue
"Bebas dah bang..." jawab Sandy.
"Tapi kan... lo boker di situ...." protes Nophe
"Oh iya......ya udah bodo amat." 

End.

***

Sejam kemudian, setelah tenda terbangun di depan tempat dimana gue boker dan Nophe sudah berhenti manyun, datanglah rombongan sekitar 20 orang yang kami temuin di Cikasur. Karena hujan, mereka akhirnya  merapat ke flysheet yang ada di depan tenda.

"Darimana, Mas?" Sapa gue.
"Kita dari Bekasi sih... Masnya sendiri?" jawab mas-mas yang berpenampilan lumayan trendy.
"Lho? Satu wilayah kita Jabodetabek! Kami dari Depok sih, ada yang dari Garut juga." jawab gue antusias.
"Lho, jangan-jangan kalian yang kata Mas Sam, bertiga dari Jakarta itu, kita juga bertiga?" jawabnya gak kalah antusias.
"Lha iyaaaa, samaaan kita, oiya, saya Acen." sahut gue sambil mengulurkan tangan.
"Bange. Eh yang, ini lho yang dari Jakarta! Ple!" sambutnya. Sambil neriakin temen-temennya.

Kemudian dua temennya datang, dan kami ngobrol-ngobrol soal kapan datang, naik berapa lama, kok bisa bareng sama rombongan yang sebanyak itu, capek gak, dan segala basa basi lainnya, sampai....

"Iya nih, gue mah selaluu gini. Nemenin orang pacaran mulu..." kata Tople.
"Lha, lho obat nyamuk juga?" kata gue. Mengingat bagaimana pun, ekspedisi Argopuro ini masih ekspedisi obat nyamuk.
"Lho lo emangnya?" 

Kami berpandangan. 

"WAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHHA" 

Lalu saling tertawa sedih bersama-sama. But at least, gue jadi punya temen seperobat-nyamukan di Argopuro.

***

"Guys, Puncak Rengganissss!!!!"



Beruntung banget camping di pertigaan puncak. Meskipun kaki rasanya bisa dilepas pasang, bahu rasanya kayak lebih kekar, tapi buat mencapai salah satu Puncak Gunung Argopuro, yaitu Puncak Rengganis, cuma perlu waktu 15 menit. Tanpa pakai keril, ah ashoi! Idaman banget lah, muncak-muncak gak bawa keril! Dan Puncak Rengganis, memang manis. :')



Menuju puncak satunya lagi, yaitu Puncak Argopuro, juga cuma butuh waktu paling lama setengah jam, karena, memang jalur menuju Puncak Argopuro jauh lebih terjal dan bikin napas lebih cepet abis ketimbang jalur ke Puncak Rengganis. Tapi sesampainya di Puncak Argopuro, gue jadi keingetan kata-kata Pak Sis yang bilang kalau puncaknya gak spesial, gitu-gitu aja. Dan ternyata emang gitu-gitu aja sih.


Pipit-Bange-Tople | Nophe-Sandy-Bebeb Gmz



Sebenernya, di sebelah kanan Puncak Argopuro, masih ada satu lagi puncak yaitu Puncak Arca. Tapi setelah dibahas secara santai bareng rombongan Bekasi, akhirnya kami memutuskan gak muncak Arca. Kenapa? Karena pas liat jalurnya musti turun lagi, lalu naik ke puncak Arca, lalu balik lagi ke Puncak Argopuro, entah kenapa udah mules duluan. Lagian, kami juga dikejar waktu menuju satu destinasi favorit para pendaki di Argopuro, yaitu...

Danau Taman Hidup.

***



"Aaaaaangg~" Ratap manja salah satu cewe di rombongan yang 20 orang itu ketika melewati jalur menurun menuju Taman Hidup.

"Aku ndak ica.... aaaaaaa~" ratapnya lagi, menjijikan pokoknya.

"Mampus lu, bang, kan gue udah bilang. Lu sih, pake di belakang Princess...."

"Princess??" sambil memandang seorang cewe kurus sok cantik sok princess yang gak ada aura-aura princessnya. Kemudian gue mundur perlahan dan membiarkan teman-temannya menyusulnya duluan. Ketimbang gue nyinyirin yekan?

Jalur menuju Danau Taman Hidup dari pertigaan puncak adalah jalur yang paling gak bisa gue terka-terka. Coba jalur dengan tingkat kemiringan sekian derajat yang dapat membuat dengkulmu gemetaran sekaligus begemericik. Apaan dah.

Pokoknya jalur turunnya lumayan terjal. Nanti, pas udah sampai di paling ending, ada tanjakan lagi. Gitu terus sampe Argopuro dihujani cokelat dan jadilah Koko koko glodok. Yakali. Terus setelahnya, ada jalur paling menyedihkan. Yaitu jalur melingkari gunung. Ngikutin lereng gunung yang gak habis-habis. Menyebalkan sekaligus melelahkan.

Udah kelar? 

Belum. Bahkan gue gak kebayang kelarnya itu kayak mana, abisan jalur turun, naik lagi, turun lagi, lereng gunung, naik lagi, masuk hutan, keluar hutan, masuk hutan lagi, keluar lagi, asli gak kelar-kelar. Sampai dari mau ujan, ujan kabut, ujan kecil, ujan beneran, sampe deres. MASIH BELUM SAMPE JUGA YA ALLOH!

Argopuro nih bener-bener deh....

Tapi... begitu tau tau sampai Danau Taman Hidup.....

Gak ada lagi kata-kata yang bisa gue ungkapkan. 

INI. DANAU. MORE THAN. AWESOME.




loading...
CLICK HERE

0 Komentar Diary Pendakian Gunung Argopuro 5: Menuju Taman Hidup

Post a Comment

Kamu Familia dari mana ?

Back To Top